Imperialisme Jepang ditujukan untuk menciptakan “lebensraum” Jepang,
yakni menjadikan seluruh Asia (bahkan dunia) di bawah kekuasaan Jepang.
Sejalan dengan tujuan tersebut, Jenderal Baron Tanaka Giichi membuat
statement yang kemudian dikenal dengan “Memori Tanaka” atau “Rencana
Tanaka”. Adapun isi memori tersebut seperti ditulis Muhammad Dimyanti,
antara lain:
Untuk dapat menguasai dunia lebih dahulu harus menguasai Tiongkok! Apabila sudah dapat menguasai daratan Tiongkok, semua negeri2 Asia lainnja dan negara2 sekitar Asia Selatan akan menjerah kepada kita dan negara2 besar Eropa tidak akan berani mengganggu kedaulatan kita di Asia Timur.
Kita harus menginsyafi akan kemungkinan Tiongkok mendjadi bangun dan kuat bersatu. Persatuan Tiongkok itu akan membahajakan kedudukan kita. Lain dari pada itu, Inggris dan Amerika berusaha hendak melenjapkan pengaruh kita di Tiongkok. Djika kita hanja memusatkan harapan mendjadi unggul dengan perdagangan sadja, kita akan dimusnahkan oleh Amerika-Inggris jang mempunyai tenaga dan kapital tidak terbatas itu.
Manchuria Utara penting sekali artinja bagi kita. Kita harus mengadakan djalan kereta api di sana, dengan demikian kita dapat mengirimkan tentara ke Manchuria Utara; djalan kereta api harus dibikin berkeliling melingkari pusat Manchuria dan Mongolia, gunanja ialah untuk melenjapkan kekuatan militer Tiongkok disana dan menahan penjerbuan Rusia, karena Rusia sudah mempunjai djalan kereta api di sebelah timur. Kemadjuan Rusia dengan lalu lintas kereta apinja disana harus ditekan dengan adanja djalan kereta api itu. Oleh karena itu Rusia tentu akan tjampur tangan guna menghalang-halangi aksi kita dan Rusia di Manchuria tak dapat dielakkan lagi. Merebut kekayaan Manchuria Utara, adalah masuk program nasional kita ….1)
Jenderal Baron Tanaka adalah seorang pemimpin militer yang
berspesialisasi tentang Rusia. Ia menjadi perdana menteri dan menteri
luar negeri dalam tahun 1927-1929. Ia menjalankan politik yang aktif di
Cina, khususnya untuk mencegah gerakan persatuan Cina yang dipimpin oleh
Chiang Kai-Shek
Surat (memori) Baron Tanaka itu nampaknya kemudian menjadi haluan
nasional (militerisme) Jepang. Semula banyak yang meragukan kebenaran
adanya memori tersebut, akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya
ternyata kejadian-kejadian sebelum dan sesaat Perang Dunia II
berlangsung, seperti memperoleh inspirasi dari dokumen rahasia tersebut.
Terbukti dengan didudukinya Manchuria (1931), Cina (1937), Asia
Tenggara dan kemudian Indonesia (1940-1942).2)
Pemikiran Baron Tanaka sejalan dengan paham Hakko Ichi U yang juga
berkembang di Jepang menjelang Perang Dunia II. Ajaran tersebut
mengamanahkan Jepang untuk menyusun dunia sebagai satu keluarga, dimana
Jepang bertindak selaku "kepala keluarga".
Daftar Referensi:
1) Muhammad Dimyanti, 1952. Sejarah Perang Dunia. Jakarta:Bulan Bintang, hal. 30-31. Lihat
pula Mattulada, 1979. Pedang dan Sempoa (Suatu Analisa Kultural Perasaan Kepribadian
Orang Jepang). Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud, hal. 170-171
2) Drs. G. Moedjanto, 1989. Indonesia Abad ke-20 1. Jogyakarta: Kanisius, hal. 66
1) Muhammad Dimyanti, 1952. Sejarah Perang Dunia. Jakarta:Bulan Bintang, hal. 30-31. Lihat
pula Mattulada, 1979. Pedang dan Sempoa (Suatu Analisa Kultural Perasaan Kepribadian
Orang Jepang). Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud, hal. 170-171
2) Drs. G. Moedjanto, 1989. Indonesia Abad ke-20 1. Jogyakarta: Kanisius, hal. 66
Sumber gambar: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Baron_Tanaka.jpg
0 komentar:
Posting Komentar