Dalam rangka rasionalisasi angkatan perang, maka TNI-Masyarakat yang
berjumlah 90.000 akan dihapus, sedangkan laskar-laskar lainnya dilebur
ke dalam TNI dan harus patuh pada komando TNI. Di bidang organisasi
diadakan penyederhanaan disesuaikan dengan persenjataan dan manpower.
Untuk menyederhanakan organisasi angkatan perang diadakan reorganisasi.
Reorganisasi itu dimulai dari pucuk pimpinan TNI dengan berdasar pada
Kepres No. 1 tahun 1948 tanggal 12 Januari 1948 yang menetapkan
perubahan pucuk pimpinan TNI dipecah menjadi Staf Umum Angkatan Perang,
Markas Besar pertempuran dipimpin oleh seorang Panglima Besar Angkatan
Perang Mobil.
Pucuk pimpinan TNI dan staf gabungan Angkatan Perang dihapus, sebagai
KSAP diangkat Komodor Surya Darma, dan Kolonel Simatupang sebagai
wakilnya. Panglima Angkatan Perang Mobil dijabat oleh Jenderal Sudirman.
Staf Umum Angkatan Perang bertugas merencanakan siasat umum dan
melaksanakan koordinasi antara kementerian pertahanan dengan
bagian-bagian lain dalam kementerian tersebut.
Pada tanggal 1 Mei 1948 dikeluarkan UU No. 3 tentang susunan Organisasi
Kementerian Pertahanan dan Organisasi Angkatan Perang di bawah seorang
Kepala Staf Angkatan Perang yang membawahi Kepala Staf Angkatan Darat,
Kepala Staf Angkatan Laut dan Kepala Staf Angkatan Udara.
Tanggal 4 Mei 1948 dikeluarkan penetapan baru Kepres No. 14 tahun 1948 dengan pokok-pokoknya sebagai berikut:
- Kesatuan Mobil dan Teritorial tersusun dalam Komando Jawa Barat dan Sumatera terdiri atas Divisi dan Subteritorial, semua susunan staf dan kesatuan di luar itu dihapus.
- Kepala staf di Kementerian Pertahanan dan para Panglima Kesatuan Mobil dan Teritorial segera menyelesaikan rekonstruksi dan rasionalisasi atas kesatuannya sesuai dengan formasi dan organisasi baru serta susunan personilnya paling lambat 1 Juni 1948 sudah dilaporkan kepada menteri pertahanan.
- Dalam keadaan bahaya, Staf Umum Angkatan Darat masuk Staf Panglima Besar Angkatan Perang.1)
Dalam proses selanjutnya di tingkat pusat, reorganisasi dilaksanakan di
bawah Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) selanjutnya dilaksanakan pada
badan intelijen dipimpin sendiri oleh wakil KSAP. Letkol Suprayogi
ditugaskan melakukan reorganisasi pada instansi perlengkapan dan
materil.
Instansi Kepolisian Militer yang bernagai macam itu berhasil dilebur
menjadi satu Corp Polisi Militer di bawah Kolonel Gatot Subroto.2)
Sementara laskar-laskar yang dibentuk oleh putra-putra daerah pada saat
pecahnya perang dilebur menjadi satu brigade (Brigade 16) di bawah
pimpinan Letkol Warrow.3)
Di Jawa terbentuk 4 divisi yang dipecah atas brigade-brigade. Dua
brigade di langsung Panglima Besar, yaitu Brigade 16 (gabungan
laskar-laskar seberang) dan Brigade 17 (gabungan berbagai kesatuan
pelajar). Di samping itu masing dicanangkan dia brigade utuk menampung
bekas laskar yang insyaf setelah pemberontakan PKI dan telah menyatakan
kesetiaannya kepada pemerintah.
Keempat divisi di Jawa adalah:
- Divisi I (Jawa Timur) di bawah Kolonel Sungkono berkedudukan di Kediri, terdiri dari 6 brigade.
- Divisi II (Jawa Tengah bagian timur) di bawah Kolonel Gatoto Subroto berkedudukan di Solo, terdiri dari 4 brigade dan 4 subteritorium.
- Divisi III (Jawa Tengah bagian barat) di bawah Kolonel Bambang Sugeng berkedudukan di Magelang, terdiri dari 4 brigade.
- Divisi IV/Siliwangi di bawah pimpinan Letkol Daan Yahya, terdiri dari 4 brigade.4)
Semua rencana rasionalisasi dan reorganisasi itu hanya dapat dilakukan
sebagian, tidak menyeluruh. Penciutan jumlah personil angkatan perang
telah dapat dicapai, akan tetapi reorganisasi pasukan menajdi
kesatuan-kesatuan teritorial tidak sempat mencapai tahap yang lanjut
karena tidak lama kemudian Belanda kembali melancarkan agresi militer
dan karena adanya tantangan dari kalangan angkatan perang sendiri maupun
dari partai-partai kiri yang tergabung dalam FDR.
Daftar Referensi:
1) A.H. Nasution. 1968. Tentara Nasional Indonesia. Jakarta: Seruling Masa, hal. 174-176
2) Ibid., hal. 2114
3) Ibid., hal. 211
4) Amrin Imran dkk. 1971. Sejarah Angkatan Darat. Jakarta: Pusat Sejarah ABRI, hal. 14
1) A.H. Nasution. 1968. Tentara Nasional Indonesia. Jakarta: Seruling Masa, hal. 174-176
2) Ibid., hal. 2114
3) Ibid., hal. 211
4) Amrin Imran dkk. 1971. Sejarah Angkatan Darat. Jakarta: Pusat Sejarah ABRI, hal. 14
0 komentar:
Posting Komentar